Di bidang penguasaan teknologi pesawat terbang, Indonesia
telah terkenal sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memproduksi
dan mengembangkan pesawat sendiri. Walaupun di bidang pemasaran produksi
pesawatnya sendiri harus kita akui kita masih kalah bila dibandingkan dengan
Brazil, yang mengembangkan EMBRAER dan memasarkannya ke seluruh dunia.
Akan tetapi, beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara
mulai mengalihkan perhatiannya ke pesawat buatan Indonesia, sebut saja
Malaysia, Pakistan, UAE, Philipina, dan Korea Utara, serta beberapa negara
lainnya. CN-235 tampaknya akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas di
beberapa tahun kedepan setelah lebih banyak negara yang sadar akan kehandalannya.
Malaysia sendiri berencana memesan 4 pesawat tambahan untuk menambah jumlah
pesawat CN-235 yang sudah mereka miliki.
Apalagi dengan kejadian jatuhnya pesawat MA-60 milik PT
Merpati Nusantara Airlines buatan Xi’an Aircraft International Company semakin
menuai opini : ” Kenapa kita tidak menggunakan pesawat produksi dalam negeri
saja ? “. Padahal banyak laporan yang melansir bahwa harga pesawat China
malahan terlalu mahal dibanding produksi dalam negeri, apalagi ditambah
kualitas barang yang patut dipertanyakan, bahkan ada isu yang berkembang bahwa
pembelian pesawat China tersebut dibumbui unsur KKN (perlu dicheck ulang
kontraknya ?, itu pun perkataan banyak media massa).
Nah, sebetulnya untuk kelas pesawat yang sama, PT. DI
sendiri juga telah memiliki jenis pesawat CN 235 yang kompetitif, sudah teruji
kehandalannya dan terpakai oleh beberapa negara dunia, termasuk diantaranya
Amerika. Apalagi dengan bebagai prototipe yang lain yang dahulu maupun yang
akan datang telah dikembangkan. Terlepas dari unsur politik dan kebijakan,
perlu kita ketahui pesawat-pesawat buatan Indonesia yang saat ini tengah
dipasarkan dan dikembangkan karena masih berupa prototype yang sudah lulus uji
aerodinamika.
1. Pesawat N-2130
Pesawat N-2130 - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial dan
Tempur - www.iniunik.web.id
N-2130 adalah tipe pesawat jet yang hendak dikembangkan PT
Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada masa jaya perusahaan tersebut di
pertengahan 1990-an. Pengembangan pesawat jet komuter dengan jumlah penumpang
antara 80–130 orang itu mungkin terinspirasi pesawat yang dikembangkan
perusahaan pesawat terbang Brasil,Embraer. Bedanya, Embraer sekarang ini
menghasilkan pesawat Embraer Regional Jet (ERJ) yang banyak digunakan
perusahaan penerbangan Amerika Serikat (AS), terutama untuk shuttle flight pada
jalur-jalur padat Boston, New York, Washington DC, dan Miami.
Adapun N-2130 ternyata hanya menjadi mimpi karena terkubur
krisis moneter 1998. Sebagai rentetan krisis tersebut, pemerintah harus
menghentikan bantuan kepada IPTN sebagai bagian kesepakatan dengan Dana Moneter
Internasional (IMF). Hari ini, lebih dari 10 tahun sejak krisis moneter, kita
berada pada posisi yang jauh lebih baik dan siap untuk menghidupkan kembali
proyek tersebut.
Ada beberapa alasan kuat untuk itu. Pertama, Indonesia sudah
berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan. Dalam krisis
global baru-baru ini, Indonesia berhasil untuk tetap menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang moderat bersama China dan India. Perkembangan tersebut membuat
Indonesia masuk dalam radar perekonomian global.
Ini berarti apa yang diproduksi Indonesia mulai
diperhitungkan perusahaan penerbangan di luar negeri. Kedua, perkembangan
tersebut juga memperkuat daya beli rakyat dan dunia usaha Indonesia. Jika 12
tahun lalu hanya Garuda dan Merpati yang menjadi perusahaan penerbangan
nasional, sekarang banyak perusahaan penerbangan yang mampu membeli pesawat
dalam jumlah besar.
Pesawat N-2130 - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial dan
Tempur - www.iniunik.web.id
Perkembangan traffic dan jumlah penumpang pesawat terbang
melonjak sehingga sangat layak jika industri pembuat pesawat terbang akan
kecipratan berkah di tahun-tahun mendatang, menurut perkiraan Compliance
Services Indonesia. Ketiga, dalam keadaan terjepit pun PT IPTN, yang kini
bermetamorfosis menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), mampu memasarkan
produk ke pelanggan di luar negeri. Korea Selatan sudah membeli beberapa
pesawat CN 235, termasuk empat di antaranya yang merupakan pesanan Departemen
Pertahanan Korea Selatan untuk patroli maritim.
Demikian juga dengan Malaysia, Thailand,Pakistan,dan Turki.
Korea Selatan, Malaysia, dan Pakistan bahkan telah membeli pesawat jenis CN 235
untuk digunakan sebagai pesawat kepresidenan. Keempat, PT DI pada 2009 mulai
berhasil mencetak laba. Perolehan pendapatan tersebut diperkirakan semakin
besar pada 2010 dengan adanya pesanan 10 helikopter untuk Angkatan Udara dan
Basarnas serta pesanan tiga pesawat CN 235–200 MPA untuk menggantikan pesawat
Nomad Angkatan Laut Indonesia.
Ini membuktikan restrukturisasi perusahaan tersebut mulai
berhasil dalam meningkatkan efisiensi. Kelima, Indonesia sudah lulus dari
program IMF. Ini berarti Indonesia memiliki kebebasan penuh untuk mengembangkan
kembali cita-cita. Saya yang pernah bekerja di IMF selama lima tahun sangat
memahami bahwa tidak ada dari lembaga internasional tersebut yang dapat
mencegah kita melakukan hal tersebut.
Keenam, kemampuan keuangan pemerintah.Keuangan pemerintah
sekarang sangat kuat. Kecilnya defisit APBN maupun rasio utang terhadap produk
domestik bruto (PDB) merupakan ukuran internasional yang menunjukkan kekuatan
kita. (Tulisan saya pekan lalu,“Utang Pemerintah dalam Perekonomian Global”,
menjelaskan hal tersebut). Sekarang ini pemerintah memiliki uang tunai yang
jumlahnya sekitar Rp200 triliun. Uang tersebut setiap kali justru semakin
bertambah dan bukannya berkurang.
Untuk pengembangan N–2130, pemerintah perlu memastikan
keekonomiannya dan sangat mungkin memberikan bantuan. Terlebih lagi jika PT DI
mampu menunjukkan laba kembali dalam dua tahun ke depan, bukan hanya perbankan
yang akan berebut untuk memberikan pembiayaan, pasar modal pun akan terbuka
lebar untuk menerima penawaran saham perdana (IPO) PT DI. Ketujuh, alasan
idealisme.
Begitu banyak tenaga ahli penerbangan Indonesia eks IPTN
yang sekarang ini berdiaspora di luar negeri. Mereka mampu mengembangkan
keahliannya dan diakui oleh raksasa industri penerbangan di Amerika, Eropa
maupun negara-negara lain, sedangkan kesempatan untuk mengembangkan industri di
Tanah Air sebetulnya juga terbuka lebar. Berdasarkan hal-hal tersebut, yang
daftarnya juga bisa diperpanjang, merupakan suatu kesia-siaan membiarkan PT DI
berjuang sendiri.
Sebagai perusahaan, dengan keuntungan yang dihasilkan saat
ini,mereka jelas akan mampu berkembang. Namun kecepatan pertumbuhan mereka akan
sangat rendah tanpa ada keberpihakan pemerintah. Pemerintah dapat mulai
membantu PT DI dengan menghidupkan kembali pesawat N250 yang sudah menghasilkan
prototipe, bahkan sudah pula hadir dalamAir Show di Eropa sebelum krisis
moneter 1998.
Pesawat yang sekelas dengan ATR 42 dan salah satu varian
dari Embraer tersebut memiliki potensi yang sangat besar bagi penggunaannya di
Indonesia yang memiliki banyak bandara berlandasan pendek. Seiring pengembangan
N250, riset dan pengembangan produk pesawat N-2130 mulai dapat diintensifkan.
Dengan kerangka waktu lebih tertata, kita bisa mengharapkan
bahwa dalam tiga-empat tahun ke depan, kita sudah memiliki gambaran untuk
melihat prospek yang lebih jelas bagi pesawat tersebut. Visi 2025 pemerintah
jelas, yaitu menginginkan Indonesia menjadi negara maju di tahun tersebut.
Let’s just do it. Marilah kita mengisi visi tersebut dengan segenap kemampuan
kita. Jika Brasil bisa, kenapa kita tidak?
2. Pesawat N-250
Pesawat N-250 - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial dan
Tempur - www.iniunik.web.id
Prototipe pesawat N250 sendiri pernah terbang menuju Le
Bourget Perancis untuk mengikuti Paris Air Show. Penampilan perdana pesawat
N250 tersebut menggetarkan lawan-lawannya, karena merupakan pesawat yang
menggunakan teknologi fly by wire yang pertama dikelasnya. Pada saat tersebut
(dan juga sekarang) pesawat sekelas adalah ATR 42 yang merupakan produksi
pabrik pesawat Prancis ATR, Fokker F50, produksi pabrik pesawat Fokker Belanda
dan Dash 8, produksi pabrik pesawat De Havilland (sekarang Bombardier) dari
Kanada.
Pesawat N250 murni merupakan rancang bangun anak bangsa.
Setelah melewati fase-fase yang panjang sejak didirikannya tahun 1976, PTDI
awalnya membuat pesawat dan helikopter dengan lisensi dari perusahaan pesawat
lainnya. Pesawat C212 merupakan pesawat lisensi dari Casa Spanyol yang juga di
buat di PTDI, kemudian pengembangan dari pesawat tersebut adalah NC212. Tahapan
berikutnya adalah memproduksi pesawat komersial yang lebih besar yang rancang
bangunnya kerjasama dengan Casa Spanyol yaitu pesawat CN-235 (bermesin 2 dan
berpenumpang 35). Pesawat CN235 diberi nama Tetuko, tokoh dalam pewayangan.
N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan
asli IPTN atau PT. DI sekarang. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara
menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia
atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan
di Indonesia. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).
Dan tahapan berikutnya adalah pesawat terbang N250 Gatot
Koco yang murni merupakan rancang bangun dari PTDI. Pesawat N250 dirancang
mempunyai kapasitas penumpang 50 orang. Kapasitas penumpang berkisar 50 memang
diprediksi akan menguasai pangsa pasar pesawat komersial. Diprediksi waktu itu,
kebutuhan pasar atas pesawat komersial antara 2000 – 2020 sekitar 8000 pesawat,
dan diperkirakan 45% adalah pesawat sekelas N250.
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut
pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya
(saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat
Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan
produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun
kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun
untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar
internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan
kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
3. Pesawat CN-235
Pesawat CN-235 - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial dan
Tempur - www.iniunik.web.id
CN-235 adalah pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin
turbo-prop. Pesawat ini dikembangkan bersama antara CASA di Spanyol and IPTN
(sekarang PT Dirgantara Indonesia) sebagai pesawat terbang regional dan angkut
militer. Versi militer CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan angkut
pasukan. CN-235 adalah sebuah pesawat angkut turboprop kelas menengah bermesin
dua. Pesawat ini dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol.
Pesawat CN-235, saat ini menjadi pesawat paling sukses pemasarannya dikelasnya.
Desain & Pengembangan
CN-235 diluncurkan sebagai kerja sama antara CASA dan IPTN.
Kedua perusahaan ini membentuk perusahaan Airtech company untuk menjalankan
program pembuatan CN-235. Desain dan produksi dibagi rata antara kedua perusahaan.
Kerja sama hanya dilakukan pada versi 10 dan 100/110. Versi-versi berikutnya
dikembangankan secara terpisah oleh masing-masing perusahaan.
Desain awal CN-235 dimulai pada Januari 1980, purnarupa
pesawat terbang perdana pada 11 November 1983. Sertifikasi Spanyol dan
Indonesia didapat pada tanggal 20 Juni 1986. Pesawat produksi terbang pertama
pada 19 August 1986. FAA type approval didapat pada tanggal 3 Desemebr 1986
sebelum akhirnya terbang pertama untuk pembeli pesawat pada tanggal 1 Maret 1988.
Pada tahun 1995, CASA meluncurkan CN-235 yang diperpanjang, yaitu C-295
Versi Militernya Digunakan di Banyak Negara
Ternyata, versi militer CN 235 banyak diminati dan diekspor
ke negara lain, yaitu :
Afrika Selatan:
Angkatan Udara Afrika Selatan (1)
Amerika Serikat:
Penjaga Pantai Amerika Serikat (8 HC-144)
Arab Emirat:
Angkatan Laut Persatuan Emirat Arab
Arab Saudi:
Angkatan Udara Arab Saudi
Botswana: Angkatan
Udara Botswana
Brunei: Angkatan
Udara Brunei (1)
Chile: Angkatan
Darat Chile (4 CN-235-100) satu jatuh di Antartika
Ekuador: Angkatan
Udara Ekuador
Gabon: Angkatan
Udara Gabon
Indonesia:
Angkatan Udara Indonesia (mengoperasikan CN235-100M, CN235-220M, CN235MPA)
Irlandia: Korp
Udara Irlandia (2 CN235MP)
Kolumbia: Angkatan
Udara Kolumbia
Korea Selatan:
Angkatan Udara Korea Selatan (20)
Malaysia: Angkatan
Udara Malaysia (8 CN235-220)
Maroko: Angkatan
Udara Maroko (7)
Pakistan: Angkatan
Udara Pakistan (4 CN235-220)
Panama: Angkatan Udara
Panama
Papua New Guinea:
Angkatan Udara Papua New Guinea
Perancis: Angkatan
Udara Perancis (19 CN235-100, 18 ditingkatkan menjadi CN235-200).
Spanyol: Angkatan
Udara Spanyol (20)
Turki: Angkatan
Udara Turki (50 CN235-100M); Angkatan Laut Turki (6 CN-235 ASW/ASuW MPA);
Penjaga Pantai Turki (3 CN-235 MPA)
Yordania: Angkatan
Udara Yordania (2)
Disegani ?
Rupanya Australia, Singapura dan Malaysia sudah lama tahu
kehebatan para insinyur Indonesia. Buktinya? Mereka sekarang sedang mencermati
pengembangan lebih jauh dari CN 235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau versi
Militer.
Kalau para ekonom Indonesia antek-antek World Bank dan IMF
menyebut pesawat buatan PT. DI ini terlalu mahal dan menyedot investasi terlalu
banyak dan hanya jadi mainannya BJ Habibie lalu mengapa Korea Selatan dan Turki
mengaguminya setengah mati.
Turki dan Korsel adalah pemakai setia CN 235 MPA terutama
versi militer sebagai yang terbaik di kelasnya di dunia. Inovasi 40
insinyur-insinyur Indonesia pada CN 235 MPA ini adalah penambahan persenjataan
lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan
kapal selam. Jadi kalau mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 versi
militer (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir
kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.
4. Pesawat N-219
Pesawat N-219 - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial dan
Tempur - www.iniunik.web.id
N-219 adalah pesawat generasi baru, yang dirancang oleh
Dirgantara Indonesia dengan multi sejati multi misi dan tujuan di daerah-daerah
terpencil. N-219 menggabungkan teknologi sistem pesawat yang paling modern dan
canggih dengan mencoba dan terbukti semua logam konstruksi pesawat terbang.
N-219 memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel efisiensi
sistem yang akan digunakan dalam misi multi transportasi penumpang dan kargo.
N-219 akan melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin pada
bulan Maret 2010 nanti. Pesawat N219 baru akan bisa diserahkan kepada kostumer
pertamanya untuk diterbangkan sekira tiga tahun atau empat tahun lagi. N-219
merupakan pengembangan dari NC-212.
Spesifikasi :
Multi Purpose,
dapat dikonfigurasi ulang
19 Penumpang, tiga
sejajar
Campuran kargo
penumpang
Kinerja STOL
Biaya operasional rendah
Saat ini, penerbangan perintis di beberapa wilayah Nusantara
seperti Papua masih menggunakan pesawat-pesawat produksi lama, seperti Twin
Otter. Beberapa unit yang ada telah tidak layak pakai sehingga diperlukan
pesawat yang lebih modern.
Karenanya, sejak tahun 2006, PT Dirgantara Indonesia (PT DI)
mengembangkan pesawat N219 berkapasitas 19 orang untuk menggantikan peran
pesawat perintis yang ada sekarang. Saat ini, uji aerodinamika pesawat tersebut
telah dituntaskan.
Agar tidak mengalami kegagalan seperti pesawat CN 250, pihak
PT DI akan memproduksi pesawat berdasarkan order. “Kedepannya akan buat 25 unit
dulu dan mengupayakan seluruhnya terjual dahulu.
Pembuatan sejumlah unit memerlukan dana sekitar Rp 1
triliun. Jumlah ini menurut Andi cukup minim untuk membuat pesawat. Ia
menargetkan, sejumlah pesawat akan dibeli oleh pemerintah daerah.
Andi juga mengatakan, spesifikasi pesawat N219 dirancang
sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Pesawat ini mampu mendarat di
landasan yang pendek sehingga bisa diaplikasikan di wilayah terpencil dengan
lahan terbatas.
“Pesawat ini juga dirancang bisa membawa bahan bakar
tambahan. Kita menyadari bahwa tidak setiap daerah memiliki tempat pengisian
bahan bakar,” hal ini merupakan kelebihan pesawat N219.
Pengembangan pesawat ini didasarkan pada karakteristik
geografis Indonesia. “Kondisi geografis kita berbeda dengan negara lain yang
harus punya solusi sendiri”.
Pengembangan pesawat kecil ini diharapkan mampu menjangkau
wilayah terpencil sangat pas. “Banyak wilayah Indonesia yang tak mudah
dijangkau dengan transportasi darat. Pesawat perintis bisa menjadi solusi “.
Pesawat N219 memiliki potensi besar untuk dipasarkan ke
daerah-daerah seperti Sumatera dan Papua. Pesawat ini juga ditargetkan bisa
dipasarkan ke negara lain yang masih membutuhkan, misalnya negara-negara di
Afrika.
5. Pesawat NC-212
Pesawat NC-212 - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial dan
Tempur - www.iniunik.web.id
NC-212 Aviocar adalah sebuah pesawat berukuran sedang
bermesin turboprop yang dirancang dan diproduksi di Spanyol untuk kegunaan
sipil dan militer. Pesawat jenis ini juga telah diproduksi di Indonesia di
bawah lisensi oleh PT. Dirgantara Indonesia. Bahkan pada bulan Januari 2008,
EADS CASA memutuskan untuk memindahkan seluruh fasilitas produksi C-212 ke PT.
Dirgantara Indonesia di Bandung. PT. Dirgantara Indonesia adalah satu-satunya
perusahaan pesawat yang mempunyai lisensi untuk membuat pesawat jenis ini di
luar pabrik pembuat utamanya.
Pesawat Casa NC 212-200 yang digunakan dalam operasional
hujan buatan dilengkapi dengan Weather Radar (Radar Cuaca) dan Global
Positioning System (GPS). Radar Cuaca diperlukan untuk mengidentifikasi sifat
internal dan dinamika awan yang akan disemai, sehingga sangat membantu untuk menentukan
awan mana yang akan dijadikan sebagai sasaran penyemaian sekaligus sebagai
panduan safety penerbangan untuk pesawat menghindari zona berbahaya di sekitar
awan. GPS diperlukan untuk merekam dan mencatat posisi dan track pesawat,
sehingga memberi penjelasan tempat dilakukannya eksekusi penyemaian awan.
6. Pesawat Tempur T-50 Golden Eagle
Pesawat Tempur T-50 Golden Eagle - 7 Pesawat Buatan
Indonesia Komersial dan Tempur - www.iniunik.web.id
Anda pasti berfikir, dengan semua kapasitas dan teknologi yang
dimiliki Indonesia, kenapa sampai sekarang Indonesia belum membuat Jet tempur ?
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akhirnya siap berkerja sama
dengan Korea Selatan mengerjakan proyek pengembangan model pesawat tempur
senilai US$8 miliar yang ditawarkan pemerintah negara tersebut kepada
Indonesia.
Kalau memproduksi sendiri (pesawat tempur) belum bisa,
tetapi kalau bergabung dengan Korea Selatan bisa terlaksana. PT DI memiliki
pengalaman dalam bidang kualifikasi dan sertifikasi dalam memproduksi
pesawat-pesawat yang berkecepatan rendah seperti CN-235. Sementara itu, Korea
Selatan berpengalaman dalam memproduksi pesawat berkecepatan tinggi atau
melebihi kecepatan suara (1 mach) T-50 Golden Eagle.
T-50 Golden Eagle adalah pesawat latih supersonik buatan
Amerika-Korea. Dikembangkan oleh Korean Aerospace Industries dengan bantuan
Lockheed Martin. Program ini juga melahirkan A-50, atau T-50 LIFT, sebagai
varian serang ringan.
Walaupun militer Amerika Serikat tidak ada rencana untuk
membeli pesawat ini, tapi penamaan militer amerika secara resmi diminta untuk
pesawat ini guna menghindari konflik penamaan dikemudian hari.
Program T/A-50 dimaksudkan sebagai pengganti dari berbagai
pesawat latih dan serang ringan. Ini termasuk T-38 dan F-5B untuk pelatihan dan
Cessna A-37BClose Air Support; yang dioperasikan AU Republik Korea. Program ini
pada awalnya dimaksudkan untuk mengembangkan pesawat latih secara mandiri yang
mampu mencapai kecepatan supersonik untuk melatih dan mempersiapkan pilot bagi
pesawat KF-16 (F-16 versi Korea). T-50 mmembuat Korea Selatan menjadi negara
ke-12 yang mampu memproduksi sebuah pesawat tempur jet yang utuh. Beberapa
produk korea lainnya adalah KT-1 produk Samsung Aerospace (sekarang bagian dari
KAI), dan produk lisensi KF-16. Sebagian besar sistem utama dan teknologinya
disediakan oleh Lockheed Martin, secara umum bisa disebut T/A-50 mempunyai
konfigurasi yang mirip dengan KF-16.
Pengembangan pasawat ini 13% dibiayai oleh Lockheed Martin,
17% oleh Korea Aerospace Industries, dan 70% oleh pemerintah Korea Selatan. KAI
dan Lockheed Martin saat ini melakukan program kerjasama untuk memasarkan T-50
untuk pasar internasional.
Program induknya, dengan nama kode KTX-2, dimulai pada 1992,
tapi Departemen Keuangan dan Ekonomi menunda program KTX-2 pada 1995 karena
alasan finansial. With the initial design of the aircraft, in 1999. It was
renamed T-50 Golden Eagle in February 2000, with the final assembly of the
first T-50 taking place between 15 January, 2001. Penerbangan pertama T-50
terjadi pada Agustus 2002, dan pengujian tugas operasional pertama mulai Juli
28 sampai 14 Agustus, 2003. Angkatan Udara Korsel menandatangani kontrak
produksi untuk 25 T-50 pada Desember 2003, dan pengiriman dijadwalkan pada 2005
sampai 2009.
Varian lain dari T-50 Golden Eagle termasuk pesawat serang
ringan A-50, dan pesawat yang lebih canggih FA-50. The A-50 variant is an armed
version of the T-50 as a stable platform for both free-fall and
precision-guided weapons. FA-50 is an A-50 modified with an AESA radar and a tactical
datalink which are not yet specified. As part of the A-37 retirement-out
program to be completed by 2015, sixty A-50′s will be in service for the South
Korean air force by 2011.
7. Pesawat Tempur KFX
(Korea Fighter Experimental)
Pesawat Tempur KFX - 7 Pesawat Buatan Indonesia Komersial
dan Tempur - www.iniunik.web.id
Pesawat jet tempur KFX sendiri sebetulnya merupakan proyek
lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang.
Proyek ini digagas presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk
menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan
F-5E/F Tiger. Dibandingkan F-16, KFX diproyeksi untuk memiliki radius serang
lebih tinggi 50 persen, sistim avionic yang lebih baik serta kemampuan anti radar
(stealth).
Pemerintah Korea akan menanggung 60 persen biaya
pengembangan pesawat, sejumlah industri dirgantara negara itu di antaranya
Korean Aerospace Industry menanggung 20 persennya .pemerintah Indonesia 20
persen dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih
F-16 ini dan 100 pesawat untuk korea. Total biaya pengembangan selama 10 tahun
untuk membuat prototype pesawat itu diperkirakan menghabiskan dana 6 miliar US
Dollar.Pemerintah Indonesia akan menyiapkan dana US$1,2 miliar.
penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara
Indonesia-Korsel itu sudah dilakukan pada 15 Juli 2010 yang lalu di Seoul-Korea
Selatan. Diharapkan pada tahun 2020 Sudah Ada Regenerasi Pesawat Tempur untuk
kedua pihak
Spesifikasi KFX sebagai berikut :
Crew : 1
Thrust : about 52,000lbs (F414 class x 2)
Max Speed : about Mach 1.8
Armament :
M61 Vulcan
AIM-9X class
short-range AAM(AIM-9X class) (indigenous, under development)
AIM-120 class
beyond visual range AAM (not specified yet)
500lbs SDB class
guided bomb|KGGB (indigenous)
JCM class guided
short range AGM (indigenous, under development)
SSM-760K Haeseong
ASM (indigenous)
Boramae ALCM
(indigenous, under development), or Taurus class ALCM
Supersonic ALCM
(based on Yakhont technology) (indigenous, under development)
Mengapa PT DI tidak membuat sendiri ?
Membuat pesawat tempur jauh lebih kompleks daripada membuat
pesawat penumpang karena ada tambahan sistem dalam sebuah pesawat tempur yaitu
sistem kontrol senjata pada sistem avioniknya, disamping sistem mesin
pendorong, sistem radar, dan struktur pesawat yang harus dirancang lebih kuat
namun tetap lincah bermanuver di udara.
Pesawat tempur KFX ini dirancang untuk masuk dalam kelompok
pesawat tempur generasi 4,5 yang berarti harus mempunyai 6 kemampuan yaitu :
Kemampuan pesawat
tempur untuk melakukan manuver ekstrim agar mendapat posisi serang paling
menguntungkan (Air Combat Manuverability).
Pesawat tempur
harus bisa terbang lincah sehingga harus menggunakan teknologi fly by wire
untuk kontrol penerbangannya.
Penggunaan
teknologi trust vectoring nozzles yang mampu mengubah-ubah arah semburan gas
buang mesin jet agar pesawat tempur mempunyai kemampuan terbang dalam kecepatan
rendah dan mampu melakukan belokan tajam.
Kemampuan untuk
terbang jelajah pada kecepatan supersonik dalam waktu yang lama.
Radar pesawat
tempur berkemampuan menjejak target diluar batas cakrawala atau beyond visual
range
Kemampuan menyerap
dan membiaskan pancaran radar atau teknologi stealth
Jadi bisa dibayangkan seandainya PT. Dirgantara Indonesia
dilibatkan dalam pembuatan pesawat tempur ini maka akan ada penguasaan
teknologi kedirgantaraan baru paling tidak untuk pembuatan 50 pesawat tempur KFX
yang akan dibeli Pemerintah Indonesia nantinya dari keikutsertaannya membiayai
proyek ini. Penguasaan teknologi baru di bidang pembuatan pesawat tempur
generasi 4,5 ini dapat menjadi modal dasar bagi PT. Dirgantara Indonesia untuk
membuat pesawat tempur sendiri kelak dikemudian hari.
Jadi untuk teknologi PT DI memang belum mampu untuk membuat
secara mandiri. Selain ini butuh modal besar untuk melakukan riset sendiri
namun jika besama korea maka teknologi kita akan dapatkan dengan sendirinya dan
kelak dapat dikembangkan lagi untuk membuat pesawat tempur ciptaan sendiri.
Penutup :
Artikel ini hanya sekedar sebuah berita. Perihal integritas,
klarifikasi pro kontra dan permasalahan dalam internal PT. DI itu sendiri
adalah sebuah wacana yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar